Follow Us @soratemplates

Senin, 04 Februari 2019

ASAL MUASAL JULUKAN “KECEBONG & KAMPRET”

Februari 04, 2019 0 Comments

ASAL MUASAL JULUKANKECEBONG & KAMPRET”

Awalnya julukan “kecebong” Itu bener-bener penghinaan fisikk. Di sosmed, sering disebut tampang Bapak Jokowi (maaf) mirip kodok - oleh yang sebel banget (ga tau kenapa), Bapak jokowi malah suka disebut raja kodok atau si kodok. Nah kecebong kan anak-anaknya, pengikutnya.



Di atas itu foto katak (itu katak kan, bukan kodok?) yang ada di kolam istana Bogor. Kalau tidak salah foto itu sempat ramai di forum - forum anti Bapak Jokowi sampai akhirnya mulai banyak yang bilang Massa Pro - Jokowi itu cebong ,tapi ada juga yg beranggapan bahwa cebong itu juga mengartikan (dalam hal negatif) seperti ini :

 
Nah Bapak Jokowi dan Kaesang took it with a great sense of humour. Jokowi berpose dengan kodok dan bilang emang suka miara kecebong. Kaesang pake topi kolektor kecebong.
Sedangkan istilah kampret, saya juga tidak tahu kapan pertama kali istilah ini muncul. Tapi berdasarkan pengalaman yang begitu panjang di media sosial ini, saya melihat bahwa istilah kampret ini merupakan plesetan dari Koalisi Merah Putih. Seperti kita ketahui, Koalisi Merah Putih merupakan koalisi yang mendukung Prabowo-Hatta pada Pilpres 2014 lalu. Koalisi itu disingkat KMP. Kemudian oleh pendukung Bapak Jokowi, istilah itu kerap kali diplesetkan jadi KMPret. Berdasarkan itulah, saya kira istilah itu bereformasi menjadi kampret seperti sekarang ini.



tapi ada juga yg beranggapan bahwa kampret itu juga mengartikan (dalam hal negatif) seperti ini :
kelelawar suka bergelantung terbalik, bagian kepala nya ada dibawah , ada yg menyebut kampret juga berati pemikiran yg terbalik

Tapi cebong dan kampret juga mempunyai beberapa kesamaan. Mereka sama-sama militan. Sama-sama membela junjungan mereka secara membabi-buta meskipun junjungan mereka itu salah (kalau saya begini saya minta maaf yah, hehehe). Sama-sama suka ribut di media sosial. Dan masih banyak kesamaan lainnya yang kadang membuat saya berpikir bahwa mereka ini berjodoh. Hahaha.
Meskipun cebong-kampret berbeda pilihan politik, kita semua harus sadar bahwa masih satu bangsa, satu bahasa, dan satu tanah air Indonesia. Berbeda pilihan sah-sah saja. Tapi perbedaan tersebut tidak harus membuat kita tidak saling tegur sapa, tidak saling bicara, dan yang lebih parah, tidak menakar iman teman karena berbeda pilihan dengan kita. Beda pilihan bolehlah, tapi persahabatan jalan terus. Begitulah kura-kura.. wkwkwk