ASAL
MUASAL JULUKAN “KECEBONG & KAMPRET”
Awalnya julukan “kecebong”
Itu bener-bener penghinaan fisikk. Di sosmed, sering disebut
tampang Bapak Jokowi (maaf) mirip kodok - oleh yang
sebel banget (ga tau kenapa), Bapak jokowi malah suka disebut
raja kodok atau si kodok. Nah kecebong kan anak-anaknya, pengikutnya.
Di atas itu foto katak (itu katak kan, bukan kodok?) yang ada di
kolam istana Bogor. Kalau tidak salah foto itu sempat ramai di forum - forum
anti Bapak Jokowi sampai akhirnya mulai banyak yang bilang Massa Pro -
Jokowi itu cebong ,tapi ada juga yg beranggapan bahwa cebong itu juga
mengartikan (dalam hal negatif) seperti ini :
Nah Bapak Jokowi dan Kaesang took it with a great sense of
humour. Jokowi berpose dengan kodok dan bilang emang suka miara kecebong.
Kaesang pake topi kolektor kecebong.
Sedangkan istilah kampret,
saya juga tidak tahu kapan pertama kali istilah ini muncul. Tapi berdasarkan
pengalaman yang begitu panjang di media sosial ini, saya melihat bahwa istilah
kampret ini merupakan plesetan dari Koalisi Merah Putih. Seperti kita ketahui,
Koalisi Merah Putih merupakan koalisi yang mendukung Prabowo-Hatta pada Pilpres
2014 lalu. Koalisi itu disingkat KMP. Kemudian oleh pendukung Bapak Jokowi, istilah itu kerap kali
diplesetkan jadi KMPret. Berdasarkan itulah, saya kira istilah itu bereformasi
menjadi kampret seperti sekarang ini.
tapi ada juga yg beranggapan bahwa kampret itu juga mengartikan (dalam hal negatif) seperti
ini :
kelelawar suka bergelantung terbalik, bagian
kepala nya ada dibawah , ada yg menyebut kampret juga berati pemikiran yg
terbalik
Tapi cebong dan
kampret juga mempunyai beberapa kesamaan. Mereka sama-sama militan. Sama-sama
membela junjungan mereka secara membabi-buta meskipun junjungan mereka itu
salah (kalau saya begini saya minta maaf yah, hehehe). Sama-sama suka ribut di
media sosial. Dan masih banyak kesamaan lainnya yang kadang membuat saya
berpikir bahwa mereka ini berjodoh. Hahaha.
Meskipun
cebong-kampret berbeda pilihan politik, kita semua harus sadar bahwa masih satu
bangsa, satu bahasa, dan satu tanah air Indonesia. Berbeda pilihan sah-sah
saja. Tapi perbedaan tersebut tidak harus membuat kita tidak saling tegur sapa,
tidak saling bicara, dan yang lebih parah, tidak menakar iman teman karena
berbeda pilihan dengan kita. Beda pilihan bolehlah, tapi persahabatan jalan
terus. Begitulah kura-kura.. wkwkwk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar